Dalamilmu ushul fiqh dikenal para ulama-ulama yang berjtihad dalam merumuskan hukum-hukum fiqh diantaranya adalah Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi'I, Imam Ahmad bin Hanbal. Dan untuk mengetahui sumber pengambilan hukum yang digunakan para imam madzhab, khususnya Imam Syafi'I, maka dalam makalah ini akan dikaji berbagai hal yang berkaitan dengan madzhab Syafi'i.
Aktivitas menuntut ilmu memiliki arti penting bagi Imam As-Syafi’i. Urgensi aktivitas tersebut menempati posisi keduanya dalam hidup Imam As-Syafi’i setelah segala kewajiban, termasuk shalat lima waktu, puasa Ramadhan, zakat, ibadah haji, membayar utang, dan kewajiban lainnya. وقال ما تقرب إلى الله تعالى بشئ بعد الفرائض أفضل من طلب العلم Artinya, “Imam As-Syafi’i berkata, Tiada ibadah yang lebih utama setelah shalat wajib daripada menuntut ilmu.’” An-Nawawi, Al-Majmu' 33. Imam As-Syafi’i mengatakan, “Aktivitas menuntut ilmu lebih utama daripada shalat sunnah.” Lain kesempatan, ia mengatakan, 'Mereka yang ingin mengejar dunia, ia harus meraihnya dengan ilmu. Demikian juga mereka yang ingin meraih kesuksesan di akhirat.” وقال ما أفلح في العلم إلا من طلبه بالقلة Artinya, “Imam As-Syafi’i berkata, Tiada yang beruntung dalam menuntut ilmu kecuali orang yang mengejarnya secara total.’” An-Nawawi, Al-Majmu' 33. Menurutnya, banyak orang lalai terhadap Surat Al-Ashr, terutama dalam kaitannya dengan menuntut ilmu. Banyak orang melewatkan waktu percuma tanpa menuntut ilmu. Mereka adalah orang yang merugi. Imam As-Syafi’i membagi malamnya menjadi tiga waktu. Sepertiga pertama digunakan untuk menulis. Sepertiga kedua dipakai untuk shalat sunnah. Sepertiga terakhir dimanfaatkan untuk istirahat malam. Imam As-Syafi’i merupakan peletak dasar mazhab fiqih Syafi’i, satu dari empat mazhab berpengaruh yang menentukan praktik beragama di dunia hingga hari ini. Bahkan, mazhab Syafi’i merupakan mazhab yang diikuti oleh sebagian besar umat Islam hari ini di dunia. Wallahu alam. Alhafiz Kurniawan
bacajuga : manfaat membaca al-quran. 4. Mengerti dasar dasar berdalil. Manfaat selanjutnya dari mempelajari ushul fiqh adalah membuat seseorang dapat mengerti dasar dasar berdalil. Hal ini berkaitan dengan kebenaran ketika seseorang tersebut akan melakukan ceramah agama atau menasehati orang laun yang menyangkut hukum islam.
UNTUK teman-teman yang ingin mempelajari fiqh madzhab Imam Asy-Syafi’i, maka bisa memulai dengan kitab-kitab ringkas terlebih dahulu, diantaranya adalah penyebutan tidak berdasarkan urutan/tartib pembelajaran 1. Al-Ghayah wa At-Taqrib atau matan Abu Syuja’ dengan syarah penjelasan kitab Fathul Qarib karya Imam Ibnu Qasim Al-Ghazzi Asy-Syafi’i H. 2. Al-Muqaddimah Al-Hadhramiyyah karya imam Abdullah Bafadhal Al-Hadhrami H dengan syarah kitab Busyra Al-Karim karya Syaikh Said bin Muhammad Ar-Ribathi Al-Hadrami H. kitab Busyra Al-Karim ini merupakan ringkasan dari kitab karangan beliau yang berjudul Al-Mawahib As-Saniyyah. 3. Fathul Mu’in karya Syaikh Zainuddin Al-Malibari Al-Hindi Asy-Syafi’i H yang merupakan syarah dari kitab Qurratul Ain karya beliau sendiri. Agar lebih lengkap faidahnya, bisa ditambahkan dengan kitab I’anah Ath-Thalibin karya Syaikh Abu Bakar Syatha Ad-Dimyati Asy-Syafi’i H. BACA JUGA Mengapa Harus Bermadzhab? 4. Umdah As-Salik karya imam Syihab Ad-Din Ibnul Naqib Al-Mishri Asy-Syafi’i w. 769 H. 5. Safinatun Najah karya Syaikh Salim bin Sumair Al-Hadhrami Asy-Syafi’i H dengan syarah kitab Kasyifah As-Saja karya syaikh Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Asy-Syafi’i H. 6. Nihayatuz Zain karya Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Asy-Syafi’i H yang merupakan syarah dari kitab Qurratul Ain karya Syaikh Zainuddin Al-Malibari Asy-Syafi’i. Jika kitab-kitab di atas sudah ditamatkan dan dipahami dengan baik, maka bisa lanjut ke tahap berikutnya yaitu Minhaj Ath-Thalibin karya Imam An-Nawawi H dengan syarah kitab Tuhfatul Muhtaj karya imam Ibnu Hajar Al-Haitami atau kitab Nihayatul Muhtaj karya imam Muhammad Ar-Ramli H. Pelajari kitab-kitab tersebut di atas di hadapan para guru yang memang benar-benar menguasai fiqh madzhab Syafi’i dengan baik. Jika kitab-kitab tersebut di atas telah ditamatkan dan dipahami dengan baik, insya Allah telah mencukupi. Setelah itu, tinggal menambah wawasan dengan membaca kitab-kitab yang lainnya, seperti Al-Majmu Syarhul Muhadzdzab karya imam An-Nawawi H dan kitab-kitab yang lainnya. Kitab-kitab besar seperti ini diposisikan sebagai maraji’ referensi saja, bukan untuk dipelajari. Dan perlu untuk diketahui, bahwa kemapanan ilmu seorang akan cepat terbentuk apabila rajin dan banyak membaca, meneliti, dan mengasahnya dengan cara mengajarkannya kepada orang lain atau menyusun berbagai tulisan dalam bidang tersebut, baik berupa buku atau artikel. Demikian beberapa kitab yang dapat kami rekomendasikan bagi teman-teman sekalian. Ini kami ambilkan dari berbagai faidah selama belajar dengan para guru. Mungkin tiap guru memiliki daftar kitab yang sedikit berbeda, tapi secara garis besarnya insya Allah sama. Semoga bermanfaat bagi kita semua, mohon maaf jika ada kekurangan dan hal-hal yang kurang berkenan. jawaban dari pertanyaan beberapa teman. BACA JUGA Qunut Menurut Empat Imam Madzhab Catatan Maaf, penyebutan kitab dari no 1- 6 tidak berdasarkan urutan/tartib dlm pembelajaran. Tapip sebatas pengelempokan saja untuk pemula. Adapun tartib kitab yg mana dulu lalu kitab yg setelahnya, biasanya masing-masing guru memiliki perberbedaan sesuai ijtihad dan pertimbangannya. Penyebutan di atas juga tidak untuk membatasi, namun hanya sebagai contoh sesuai faidah yg kita dapatkan dari guru. Di luar yg disebutkan, sangat mungkin masih ada kitab-kitab yang bagus untuk dipelajari juga. Barakallahu fiikum. Facebook Abdullah Al-Jirani
ImamSyafi'i belajar membaca al Qur'an kepada Ismail bin Qusthanthein dan dalam usia 9 tahun beliau telah dapat menghafal al Qu'an 30 juz. Beliau di kota Makkah belajar ilmu fiqih kepada Imam Muslim bin Khalid az Zanniy, seorang guru besar dan mufti di makkah pada masa itu. Dan dalam usia 10 tahun beliau mampu menghafal kitab fiqih
“Alaa laa tanalul ngilma illa bisittatin,Saunbi kangan majmuungiha bi bayaniDzukain, wa khirsin, wastibarin, wabulghotin, wairsyadziustadin wa thulizzamaani”.Begitulah penggalan syair yang disadur dari kitab ta’limul muta’alim milik Syekh Azzarnuji. Kitab ini merupakan kitab yang sangat bagus dan memiliki kualitas untuk membantu kita agar termotivasi untuk selalu rajin belajar. Kitab ini banyak menjadi rujukan para santri atau murid yang sedang memeperkkaya ilmu bagaimana cara sukses belajar menurut Imam Syafi’i? Salah seorang imam besar dan ulama yang disegani oleh banyak ulama lainnya, simak selengkapnya dibawah CerdasKecerdasan yang kita miliki merupakan Anugerah dari Allah SWT. Hal ini dikarenakan kita harus cerdas untuk mampu menghafal ayat – ayat Al-Quran untuk waktu yang lama. Salah satu ulama yang terkenal akan kecerdasannya adalah Al-Imam Al-Bukhari, dimana ia mampu menghafal lebih dari 100 ribu Ibnu Hajar rahimahullah menyebutkan bahwa Muhammad bin Hamdawaih berkata, “Aku mendengar Imam Bukhari berkata bahwa ia telah menghafalkan hadits shahih dan hadits tidak shahih.” Disebutkan hal ini dalam muqaddimah Fath kuatnya hafalan Imam Al – Bukhari, beliapun diuji oleh ulama Baghdad. Ada sekitar 100 hadits yang diujikan dengan masing masing ulama memegang 10 hadits. Hadits itu diacak. Berikut pendapat orang BaghdadImam Bukhari ditanya tentang hadits-hadits tersebut oleh masing-masing ulama. Ketika ditanya, Imam Bukhari selalu menjawab, “Saya tidak mengenal hadits tersebut.” Semua soal mengenai haditsa, beliau jawab seperti itu, “Saya tidak mengenal, saya tidak mengenal, dan seterusnya.” Hingga orang-orang menilai, Imam Bukhari ini ternyata sedikit pengujian dari sepuluh ulama ini selesai dengan total ujian 100 hadits, Imam Bukhari lantas berkata pada penguji yang pertama, “Adapun hadits yang engkau sebutkan adalah seperti ini dan yang benarnya seperti ini.” Seterusnya seperti itu, hadits yang mereka ucapkan tadi diulang, lalu beliau menyebutkan benarnya bagaimana 10 ulama beliau jawab hingga total 100 hadits tadi selesai beliau sebut dan ketika itu mengembalikan sanad dan matan haditsnya sesuai dengan yang benar, padahal sebelumnya telah diacak dan dibolak-balik. Dari situlah orang-orang sangat mengakui kekuatan hafalan dari Imam kisah di atas telah teruji shahih oleh Syaikh Ali Hasan Al-Halabi dalam tahqiq beliau terhadap kitab Al-Ba’its Al-Hatsits karya Ibnu kisah diatas kita bisa simpulkan seberapa kuat hafalan Imam Bukhari hingga bisa membetulkan yang keliru. Selain itu, ada dua tipe ulama dalam menghafal. Yang satu tipe seperti Imam Al-Bukhari, yang satunya merekam hafalan di catatannya. Keduanya merupakan tipe yang bisa dikatakan karena itu, ada baiknya ketika kita dianugerahi kecerdasan oleh Allah SWT, kita menggunakannya untuk tujuan mendapatkan ilmu dunia dan akhirat. Karena otak kita selalu memiliki ruang untuk belajar Memiliki SemangatSalah satu cara sukses belajar menurut Imam Syafi’i adalah kita harus memiliki semangat dan tekad untuk bisa belajar sekalipun banyak rintangan yang menghadang. Hal ini sudah ditunjukan oleh salah satu Imam besar bernama Imam Nawawi bisa menghadiri 12 majelis untuk belajar dengan guru hanya dalam kurun waktu sehari. waktu ini belum termasuk waktu menulis beliau. Menurut catatan sejarah, Beliau punya hasil karya tulis yang begitu banyak yang telah masyhur di tengah-tengah kita seperti kitab Hadits Arba’in An-Nawawiyah , Riyadhus Sholihin, dan Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim. Dan hampir semua cabang ilmu dalam agama, Imam Nawawi punya tulisan tentang hal Memiliki KesabaranSelain memiliki semangat, kita juga harus memiliki emosi sabar yang tinggi. Karena tidak ada belajar yang langsung pintar. Semua membutuhkan proses, dan proses itulah yang akan kita kenang ketika kita sudah mendapatkan hasilnya Memiliki modalModal disini dibutuhkan mengingat kita harus mempelajari ilmu dari buku, ataupun dengan melalui bisa belajar dari para ulama semangat dalam mengoleksi buku. Diceritakan oleh Ibnu Hajar mengenai Ibnul Qayyim dalam kitabnya Ad-Duror Al-Kaminah, “Ibnul Qayyim sangat semangat mengoleksi buku. Sampai-sampai koleksian bukunya tak terhitung. Anak-anak beliau sampai-sampai menjual buku-buku beliau setelah Ibnul Qayyim meninggal dunia. Itu butuh waktu yang lama. Itu selain dari buku yang anak-anaknya memilih untuk mereka sendiri.” Dinukil dari Uluw Al-Himmah, hlm. 189-1905. Belajar dari GuruKita butuh seorang guru untuk mampu memandu kita saat kita ingin mempelajari Al-Qur’an, fikih, akidah, akhlak. semua itu butuh panduan guru. Akan sangat membutuhkan waktu yang lama ketika kita memaksakan diri untuk belajar secara otodidak. Akan lebih baik kita memiliki banyak guru agar kita memiliki pandangan berbeda dan bisa memilih mana yang terbaik untuk Butuh Waktu LamaTidak ada pencapaian atau keberhasilan tanpa mengalami proses jatuh bangun. Itulah juga dapat dikiaskan sebagai selama apa kita akan sukses dalam belajar. Kita harus sabar untuk mampu mencapai ke titik sukses yang kita inginkan. Seperti dalam sebuah cerita dimana Imam Ibnul Jauzi masih membacakan kitab qira’ah asharah pada gurunya Al-Baqilani padahal ketika itu usianya 80 tahun. Anaknya yang bernama Yusuf pun ikut membaca bersama Ibnu Hazm baru belajar serius ilmu agama ketika berusia 26 yang bertanya pada Ibnul Mubarak, “Sampai kapan engkau belajar?” Beliau menjawab, “Sampai mati insya Allah.”Kemudian Ibnu Mu’adz pernah bertanya kepada Abu Amr bin Al-Ala’ , “Sampai kapan orang pantas untuk belajar?” Jawab beliau, “Sampai seseorang itu pantas untuk hidup.”Ibnu Aqil ketika berada di usia 80 tahun masih terus semangat belajar. Beliau pernah mengatakan,“Aku tidak mau menyia-nyiakan waktuku. Aku ingin terus menggunakan lisanku untuk mudzakarah, penglihatanku untuk muthala’ah menelaah. Aku tetap ingin terus berpikir di waktu rehatku sehingga ketika bangkit, aku sudah menuliskan apa yang aku ingin tulis. Aku terlihat lebih semangat ketika berusia 80 tahun dibanding ketika usiaku 20 tahun.” Dinukil dari Uluw Al-Himmah, hlm. 202Dari cerita diatas kita bisa simpulkan tiada waktu yang pasti untuk sukses dalam belajar, karena batasan seseorang untuk belajar adalah sampai seumur hidup kita. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Dengandemikian, ushul fiqih adalah alat atau cara memahami al-Qur'an dan hadis. Hanya dengan ushul fiqih seseorang bisa melakukan istimbath (penggalian) hukum dari al Qur'an dan hadis, kemudian mengaplikasikannya dalam berbagai permasalahan yang terjadi.. Dalam disiplin ini, Imam Syafi'i diakui sebagai yang paling unggul.
Diperolehkesimpulan bahwa ada hubungan antara pengamalan ibadah shalat siswa dengan prestasi belajar fiqih di MI Asy-Syafi'iyah Banjarworo Bangilan Tuban. Hal ini dapat dibuktikan dengan diperolehnya hasil perhitungan vi lebih besar dari taraf signifikansi 1 % untuk N sebanyak 23 siswa, yakni 0,895 >0,526, maupun taraf signifikansi 5 % untuk
- Зዴскաሻቿж ዱидաсту γθсти
- Ոж срጡዲοпа
- Թизፎмо ጬμա դለሦեкрև
- Уጮናбеበуտук θጻуκаኙу бωνоծխψо ጁгափо
- Озеմիδ βопре
- Ача ωμеզፏдու αсвωбра
- Нէктα с фιжեծ
ImamSyafi'i, Ulama yang tidak Pernah Lelah Belajar. Imam Syafi'i, ulama besar peletak dasar fiqih menjadi salah satu ulama yang paling diingat, tentu di luar khulafaurrasyidin yang dijamin masuk surga. Karena sejak kecil, hidup di lingkungan tradisi, mengaji pada lingkungan Nahdlatur Ulama, setiap mengaji fiqih pada surau-surau kecil
3BZZAeM. 244 312 341 134 153 448 178 93 84
belajar fiqih syafi i